Sebagaimana yang kita ketahui, jika setiap manusia tentunya tidak sempurna, memiliki keterbatasan. Akan tetapi, keterbatasan jangan dijadikan patokan untuk tidak menjalani hidup lebih baik. Namun dari keterbatasan itulah hendaknya kita melakukan hal yang lebih baik dari sebelumnya, tidak menggubris cibiran orang sekitar mengenai keterbatasan yang kita miliki, namun tunjukkan dengan prestasi.
Berbicara soal prestasi, saya jadi ingat masa-masa kuliah. Saya tidak hanya kuliah namun juga bekerja sampingan sebagai konter berjalan, yakni jual-beli handphone bekas, dengan tujuan untuk dapat belajar mandiri dalam membiayai kuliah sendiri. Meskipun sesekali orangtua juga ikut andil membiayai kuliah saya. Apakah saya malu? Awalnya iya, namun lama-lama saya jadi lebih bersikap "Bodo Amat" terhadap apa yang akan dikatakan oleh teman-teman saya. Yang terpenting apa yang saya lakukan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, dan saya tetap dapat meraih prestasi di bangku kuliah.
Pembelajaran dari Bedah Buku "Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat".
Setelah membaca buku karya Mark Manson ini, Saya jadi tergelitik, seolah dibawa pada masa kuliah lalu. Jika dulu saya tidak bersikap "Bodo Amat" terhadap hinaan orang karena saya jual-beli handphone seken, maka belum tentu saya dapat meraih sukses seperti sekarang ini.
Dalam buku tersebut, juga dijelaskan mengenai pengembangan diri yang mewakili generasi, dimana kunci untuk menjadi orang yang lebih kuat serta lebih bahagia adalah dengan mengerjakan segala tantangan dengan lebih baik dan berhenti memaksa diri untuk menjadi positif di setiap saat. Acara bedah buku ini juga dihadiri oleh Pak Indra Gunawan Masman, MBA, dan juga Dinto selaku editor akuisisi dari penerbit Grasindo.
![]() |
Saya dan Pak Indra Gunawan Masman, MBA |
Buku terlaris versi New York Times dan Globe and Mail ini tentunya menjadi sorotan sehingga buku tersebut menjadi buku best seller.
Kalian pastinya bingung, mengapa pada buku tersebut seseorang mesti bersikap Bodo Amat? Sebab Bodo Amat yang dimaksud oleh buku tersebut bukanlah sebuah sikap apatis, dan juga tidak mengajarkan kita malas, akan tetapi mengajarkan kita agar terus semangat menjalani hidup, tidak terfokus kepada hal-hal yang tidak baik, serta tidak menyalahkan orang lain bila mengalami suatu kegagalan.
Maka, marilah kita mengerti batasan-batasan diri dan menerimanya, sebab itulah sumber kekuatan yang paling nyata. Tepat ketika kita mampu mengakrabi ketakutan, kegagalan, serta ketidakpastian, dan mulai menghadapi kenyataan-kenyataan yang menyakitkan, saat itulah kita mulai menemukan keberanian dan kepercayaan diri yang selama ini kita cari dengan sekuat tenaga - Mark Manson.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar